Pernahkah Anda merasa begitu kecil di tengah dunia yang semakin terlihat gemerlap? Atau, apakah Anda menghela nafas melihat para ABG mengikuti berbagai kontes kecantikan di televisi untuk mendapatkan kekayaan sementara beribu anak lain terlantar di negeri ini? Kesenjangan antara si kaya dan si miskin memang begitu nyata namun menjadi selebritis atau terkenal adalah hak setiap insan. Jika nurani Anda terusik, Anda harus bersyukur masih memiliki rasa itu. Namun jika Anda selalu merasa tidak puas pada apa yang telah dicapai kini, mungkin Anda mengalami deprivasi relatif.
Deprivasi Relatif (Relative Deprivation,selanjutnya disebut RD)
Manusia adalah makhluk sosial di samping juga sebagai pribadi yang unik, psikologi telah meyakinkan dalam berbagai studi bahwa tidak ada satu pun orang yang sama, meski terlahir kembar identik. Sebagai makhluk sosial, siapapun Anda membutuhkan orang lain untuk berbagi, bercanda, bercerita, berdiskusi bahkan bertengkar (it takes two to tango!). Dalam berinteraksi, adalah wajar jika terjadi pembandingan-pembandingan terhadap perbedaan yang ada, itu pula yang akan memacu seseorang untuk berusaha lebih dan lebih lagi. Hal ini dikenal sebagai stres positif atau eustress namun adakalanya Anda mundur dan merasa begitu tersiksa, inilah distress atau stress negatif di mana stressor (pemicu stress) lebih sebagai penghalang bukan tantangan.
Anda mungkin tidak hanya menjadi tertekan atau stres, Anda bisa saja mengalami RD saat apa yang Anda dapat jauh berbeda dengan yang diinginkan. Seperti dinyatakan oleh Gurr & Crosby,
People are driven both by the need to adjust and by the tendency to grow or to become more and more self-actualized. Adjustment needs and growth needs exists side by side within the same person. (Allport dalam Fiest & Fiest, h. 420, 2002)
a. Tidak ada kebahagiaan abadi
Bayangkan suatu saat Anda berhasil mendapatkan bea siswa ke luar negeri setelah empat kali mencoba, senang? Pasti, mungkin Anda akan berteriak girang dan ingin semua orang tahu, tapi yakinlah itu tidak akan terus terjadi, satu atau mungkin dua minggu kemudian perasaan Anda akan kembali seperti sedia kala, masa euforia berakhir juga. Pendapatan penduduk Amerika kini dua kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan tahun 1957, tapi apakah tidak ada orang depresi? Tidak juga, bahkan krisis moneter di Indonesia tidak selamanya membuat kita melipat wajah kan? Maka Meyers menyarankan untuk tidak perlu merasa iri pada kekayaan, karena menurutnya,"happiness is less a matter of getting what we want than wanting what we have."
b. Nikmati tiap detiknya...
Hampir setiap orang berlomba untuk menyiapkan masa depan sebaik-baiknya, bahkan di kota metropolitan ini matahari seringkali 'kalah', mungkin Anda salah satu yang sering berlari sebelum mentari muncul dan kembali ke rumah saat mentari terlelap. Sadarkah bahwa kita seakan-akan tidak hidup di masa kini tapi berharap untuk hidup seperti juga mempersiapkan kebahagiaan, bukankah tidak seharusnya selalu begitu. Kebahagiaan tidak berada nun jauh di sana, coba sejenak tengok bunga mawar di taman depan, atau senyum si kecil yang mengusik Anda kala menyiapkan presentasi, sudahkah Anda merasakannya?
c. Kendalikan waktu
Salah satu cara agar lebih merasa berkuasa adalah dengan mengendalikan waktu Anda. Psikolog dari Universitas Oxford, Michael Argyle mengatakan, "For happy people, time is 'filled and planned', for unhappy people time is unfilled, open and uncommitted; they postpone things and are inefficient". Agar efektif lakukan rencana besar dalam rencana-rencana kecil. Menyusun laporan dalam satu malam mungkin bisa Anda kerjakan tapi pasti lebih membuat lelah, akan lebih ringan jika Anda telah menyiapkan bahan-bahan untuk laporan tiga-empat hari sebelumnya.
d. Berlaku bahagialah
Bisa juga mencoba salah satu prinsip dalam psikologi sosial: We are as likely to act ourselves into a way of thinking as to think ourselves into action. Dalam satu eksperimen, orang yang berpura-pura memiliki percaya diri tinggi ternyata dapat merasa lebih baik, bahkan saat mencoba ekspresi tersenyum.
e. Manfaatkan waktu luang
Adakalanya seseorang merasa tertekan dan stres, di saat lain bisa juga merasa bosan dan tidak bersemangat (underchallanged), di antara keduanya ada zona yang disebut 'flow' (mengalir) oleh Mihaly Csikszentmihalyi, psikolog dari Universitas Chicago. Pada zona ini seseorang merasa tertantang namun tidak terlalu cocok sehingga ia 'tersedot' dan tanpa sadar kehilangan waktunya. Csikszentmihalyi melihat orang menemukan pengalaman menyenangkan dalam zona ini, dan bisa memperpanjang waktu luang. Ironisnya lebih banyak waktu luang yang tersedia untuk begitu saja mengalir. Orang lebih suka menghabiskan waktu di depan layar tv dan biasanya tidak mendapatkan sesuatu yang berguna. Padahal ada banyak yang bisa dilakukan seperti merapikan taman, mengundang teman, main bola dengan si kecil, jalan-jalan sejenak dengan keluarga atau menulis surat pada sahabat lama maka Anda akan lebih mendapatkan kesenangan
f. Olah raga
Beberapa studi menunjukkan erobik dapat mencegah depresi ringan dan kecemasan. Pilihan olah raga bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing orang, sebab dalam satu survai dilaporkan jika kondisi fisik membaik, orang akan cenderung lebih percaya diri, tidak stres dan lebih bersemangat
g. Cukup istirahat
Resep utama untuk berenergi, salah satunya dengan menjalani hidup dengan tersenyum, karena itu sisihkan waktu untuk tidur dan istirahat yang cukup agar bangun dalam kondisi bugar dan semangat
h. Jalin persahabatan
Tidak ada yang dapat menangkal ketidakbahagiaan dari pada persahabatan yang erat dengan seorang yang benar-benar memperhatikan dan menyayangi Anda. Mereka yang memiliki banyak teman dekat untuk berbagi, bercerita cenderung lebih berbahagia dan sehat. Karenanya Meyers menyarankan bagi yang telah menikah untuk lebih menetapkan hati dan berikan yang terbaik bagi pasangan, dukung dan berbagi dalam cinta maka Anda berdua akan merasa lebih muda
i. Menjaga rohani
Faith doesn’t promise immunity from suffering, but it does enable a streghthened walk through valleys of darkness. Semua yang terjadi adalah kehendak-Nya, menjalin hubungan yang erat dengan sang pencipta merupakan sandaran yang menjanjikan, seperti juga dikatakan Meyers di atas bahwa keyakinan tidak berarti Anda bebas dari derita namun keyakinan akan menolong melewati semua itu.
Penutup
Ternyata banyak hal yang bisa membuat kita tersenyum di setiap jengkal kehidupan ini. Penulis pernah membaca satu buku yang menceritakan seseorang yang selama hidupnya merasa akan bahagia jika memiliki A dan setelah mendapatkannya ia kembali akan merasa bahagia jika mendapatkan B, begitu seterusnya sampai akhirnya tertulis di batu nisan, "Telah meninggal seorang yang akan berbahagia". Tentu kita tidak ingin seperti itu, jadi mulailah untuk menemukan kebahagiaan di mana pun dan kapan pun. Penulis pun senang dapat berbagi tips dengan Anda, semoga berguna.
Sumber:
Meyers, David G. (1993) Pursuing happiness; where to look, where not to look. Dalam Psychology Today- publication date Jul/Aug 93. www.psychologytoday.com
Nugroho, Garin (1998) Kekuasaan dan hiburan. Yogyakarta; Yayasan Bentang Budaya.
Feist, Jess., Feist, Gregory J., (2002) Theories of personality-fifth edition. Boston: McGraw Hill
Walker, Iain., Pettigrew, Thomas F. (2003) Relative deprivation theory: an overview and conceptual critique. Dalam Michael A. Hogg (ed) Social psychology-volume iv:intergroup behavior and social context. London: Sage publication
** Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Psikologi Sosial Sains Universitas Indonesia (680 100 1093)
0 komentar:
Posting Komentar