Pesantren Kesayangan ku

Pesantren Kesayangan ku
PONDOK PESANTREN BAITUL MAGHFIROH

IQRO

Psikologi Klinis Alzheimer

Alzheimer: Anda Yakin Anda Tahu Alzheimer?

Melalui sinetron Wulan, salah satu tayangan televisi yang cukup dikenal masyarakat saat ini, istilah Alzheimer menjadi lebih dikenal masyarakat Indonesia. Dahulu, istilah ini masih terdengar asing dan aneh di telinga pendengarnya. Meskipun sesungguhnya tanpa disadari, Alzheimer sudah menjamur di tengah-tengah masyarakat dan menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat mengenal Alzheimer dengan istilah yang berbeda, yaitu kepikunan. Namun seringkali kepikunan pada orang lanjut usia dianggap wajar, padahal seharusnya penyakit ini segera ditangani oleh para ahlinya (dokter, psikater, dan psikolog).

Alzheimer banyak dialami oleh orang lanjut usia, terutama usia 65 tahun ke atas. Namun mungkinkah dialami oleh orang muda? Penyakit Alzheimer tidak jarang juga disalah artikan dan disamakan dengan penyakit ingatan lainnya. Bagaimanakah membedakan penyakit Alzheimer dengan penyakit ingatan lainnya? Kepikunan pada taraf tertentu sebenarnya adalah penyakit Alzheimer. Pada taraf yang bagimanakah kepikunan bisa dianggap sebagai Alzheimer? Untuk dapat mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, maka dibawah ini akan diuraikan penjelasan mengenai: apa dan bagaimana mengenali Alzheimer.

Definisi Alzheimer

Menurut Whitbourne (2003), Alzheimer dikenal sebagai salah satu penyakit yang paling sering ditemui sebagai penyebab demensia. Demensia adalah suatu penyakit penurunan fungsi kognitif/gangguan intelektual/daya ingat yang umumnya semakin lama semakin memburuk (progresif) dan tidak dapat diubah (irreversible). Demensia menyebabkan penderitanya kesulitan untuk menjalani aktivitas sehari-hari dan berhubungan sosial. Demensia yang disebabkan oleh Alzheimer, berarti demesia yang disertai oleh perubahan patologis di otak penderitanya. Waktu penyebaran penyakit Alzheimer pada seseorang bervariasi mulai dari 5 hingga 20 tahun, dan kematian yang terjadi seringkali disebabkan karena infeksi.

Faktor resiko utama seseorang mengidap Alzheimer adalah usia, yaitu semakin tua usia seseorang (khususnya setelah usia 65 tahun) maka semakin rentan orang tersebut mengidap Alzheimer. Menurut National Alzheimer's Association (2003), penyakit Alzheimer menyerang hingga 10 % dari orang berusia 65 tahun atau lebih, dan secara berangsur proporsi ini berlipat ganda setiap 10 tahun setelah usia 65 tahun. Dan sebanyak separuh dari populasi yang berusia 85 tahun atau lebih dapat dipastikan mengidap Alzheimer. Sementara, pada orang yang memiliki faktor genetik turunan / bawaan dari orang tua, penyakit ini akan menyerang di bawah usia 65 tahun. Namun, kasus seperti ini cukup jarang ditemukan.

Gejala Alzheimer

Berdasarkan National Alzheimer's Association (2003), gejala Alzheimer dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:

Gejala ringan

  • Lebih sering bingung dan melupakan informasi yang baru dipelajari
  • Disorientasi: tersesat di daerah sekitar yang dikenalnya dengan baik
  • Bermasalah dalam melaksanakan tugas rutin
  • Mengalami perubahan dalam kepribadian dan penilaian

Gejala menengah

  • Kesulitan dalam mengerjakan aktivitas hidup sehari-hari, seperti makan dan mandi
  • Cemas, curiga, dan agitasi
  • Mengalami gangguan tidur
  • Keluyuran
  • Kesulitan mengenali keluarga dan teman.

Pertama-tama yang akan sulit untuk dikenali adalah orang-orang yang paling jarang ditemuinya, mulai dari nama, hingga tidak mengenali wajah sama sekali. Kemudian bertahap kepada orang-orang yang cukup jarang ditemui.

Gejala akut

  • Sulit / kehilangan kemampuan berbicara
  • Kehilangan nafsu makan, menurunnya berat badan
  • Tidak mampu mengontrol buang air kecil dan buang air besar
  • Sangat tergantung pada caregiver/pengasuh

Alzheimer's Disease and Related Disorders Association (2001), juga membuat 10 gejala penyakit Alzheimer Demensia yang sering muncul, sebagai berikut:

1. Hilang ingatan. Salah satu gejala awal dari demensia adalah melupakan informasi yang baru dipelajari. Pada orang normal, wajar bila melupakan janji, nama atau nomor telepon. Pada mereka yang mengidap demensia, mereka akan melupakan berbagai hal seperti itu lebih sering dan kemudian tidak ingat akan hal tersebut.

2. Sulit untuk mengerjakan tugas yang familiar. Orang yang terkena demensia seringkali kesulitan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari yang sangat mereka ketahui yang tidak perlu berpikir untuk melakukannya. Orang yang terkena demensia tidak akan mengetahui langkah-langkah untuk menyiapkan makanan, menggunakan perabot rumah tangga atau berpartisipasi dalam melakukan kegemarannya selama ini.

3. Bermasalah dengan bahasa. Sesekali, setiap orang dapat memiliki masalah dalam menemukan kata yang tepat, namun pada orang yang mengidap Alzheimer, mereka seringkali lupa akan kata-kata sederhatana ataupun substitusi dari kata yang tidak biasa digunakan, membuat ucapan atau tulisannya sulit untuk dimengerti. Contohnya: jika orang yang mengidap Alzheimer kesulitan untuk menemukan sikat giginya, maka ia akan bertanya "sesuatu untuk mulut saya".

4. Disorientasi waktu dan tempat. Normal jika lupa hari dari minggu itu atau dimana kamu pergi. Tapi orang yang mengidap Alzheimer dapat tersesat di jalan dekat rumahnya sendiri, lupa dimana dia berada dan bagaimana ia dapat sampai ke tempat tersebut, dan tidak tahu bagaimana caranya dia bisa kembali ke rumah.

5. Lemah atau kurang baik dalam mengambil keputusan. Tidak ada seorang pun yang memiliki keputusan sempurna di sepanjang waktu. Namun demikian, pada orang yang mengidap Alzheimer, mereka mengenakan baju tanpa mempertimbangkan cuaca, memakai beberapa kaos di hari yang panas atau memakai pakaian yang sangat minim ketika cuaca dingin. Orang dengan demensia seringkali menunjukkan keputusan yang lemah / kurang baik mengenai uang, mereka memberikan sejumlah besar uang kepada para telemarket atau membayar perbaikan rumah ataupun membeli barang yang tidak mereka butuhkan.

6. Bermasalah dengan pemikiran abstrak. Menyeimbangkan buku cek mungkin menjadi begitu sulit ketika tugas tersebut lebih rumit dari biasanya. Namun demikian, pada orang yang mengidap Alzheimer, mereka akan benar-benar lupa berapa jumlah/angkanya, dan apa yang harus mereka lakukan terhadap angka-angka tersebut.

7. Salah menempatkan segala sesuatu. Setiap orang dapat secara tidak disengaja salah menempatkan/menaruh dompet atau kunci. Orang yang mengidap Alzheimer akan meletakkan segala sesuatu pada tempat yang tidak sewajarnya, contoh: meletakkan gosokan di dalam freezer atau meletakkan jam tangan di dalam mangkuk gula.

8. Perubahan mood atau tingkah laku. Setiap orang dapat menjadi sedih atau moody dari waktu ke waktu. Seorang yang mengidap Alzheimer menampilkan mood yang tidak tentu/berubah-ubah dari tenang menjadi ketakutan kemudian menjadi marah tanpa ada alasan yang jelas.

9. Perubahan kepribadian. Kepribadian seseorang wajar mengalami perubahan seiring dengan usia. Namun seorang yang mengidap Alzheimer dapat sangat berubah , menjadi benar-benar kacau, penuh kecurigaan, ketakutan atau menjadi bergantung pada anggota keluarga.

10. Kehilangan inisiatif. Lelah akibat pekerjaan rumah, aktivitas bisnis, atau kewajiban sosial sesekali waktu adalah wajar. Namun demikian, orang yang mengidap Alzheimer dapat menjadi pasif, duduk di depan televisi selama berjam-jam, tidur lebih dari biasanya atau tidak ingin melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.

Apabila seseorang mengidap beberapa dari gejala di atas, maka sebaiknya ia segera menemui dokter untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh.

Menganalisa dan bersikap kritis dalam mengenali Alzheimer

Alzheimer dapat disebabkan karena faktor genetik dan faktor non genetik. Pada orang yang terkena Alzheimer karena faktor genetik (bawaan orang tua), mereka mengidap Alzheimer di bawah usia 65 tahun atau usia muda. Namun pada orang yang terkena Alzheimer akibat faktor non genetik, terutama yang paling banyak berpengaruh adalah faktor usia, maka semakin tua usia seseorang (khususnya di atas 65 tahun) akan semakin rentan orang tersebut mengidap Alzheimer. Namun yang perlu digaris bawahi adalah, kasus penderita Alzheimer di bawah usia 65 tahun karena faktor genetik (bawaan orang tua) sangat jarang ditemukan, sementara yang seringkali / banyak ditemukan adalah kasus penderita Alzheimer di atas usia 65 tahun.

Perbedaan Alzheimer dan penyakit ingatan lainnya

Untuk dapat membedakan Alzheimer dengan penyakit lainnya, Anda harus terlebih dahulu menguasai definisi Alzheimer dan gejalanya (yang telah diuraikan di atas) baru kemudian melakukan perbandingan dengan kasus penyakit terjadi. Apabila penyakit tersebut benar-benar sesuai dengan definisi dan gejala Alzheimer, bukan hanya sekedar mirip atau serupa, maka penyakit tersebut dapat dipastikan adalah penyakit Alzheimer. Di bawah ini akan diberikan contoh bagan untuk melakukan perbandingan antara kriteria Alzheimer dengan kasus yang dialami Wulan.

Alzheimer

Wulan

Hasil

1. Alzheimer dapat disebabkan karena faktor genetik dan non-genetik (terutama faktor usia)

1. Wulan menderita Alzheimer karena faktor genetik

V (sama)

2. Orang yang menderita Alzheimer mengalami perubahan kepribadian menjadi benar-benar kacau, penuh curiga, takut atau menjadi bergantung pada keluarga, serta memunculkan mood yang tidak tentu (seperti: takut kemudian marah tanpa ada alasan yang jelas)

2. Wulan mengalami perubahan kepribadian dari yang penyabar dan selalu dapat mengontrol segala tingkah laku dan emosinya, menjadi sangat emosional, curiga, keras hati, dan keras kepala.

V (sama)

3. Lupa secara bertahap mulai dari yang paling jarang ditemui hingga yang cukup sering ditemui.

3. Melupakan orang yang paling sering ditemuinya (Awan dan Pandu) namun tetap mengingat orang-orang yang jarang ditemuinya, seperti: Budi.

X (tidak sama)

4. Lupa lebih sering terhadap informasi yang baru dipelajari, seperti: nama orang yang baru dikenalnya, cara menghidupkan HP yang baru dipelajarinya, dll.

4. Wulan mampu mengingat nomor kamar perawatan Budi di rumah sakit, (informasi ini baru didapatkannya ketika ia sudah terdeteksi menderita Alzheimer ).

X (tidak sama)

5. lupa yang bersifat: progresif dan permanen. Progresif berarti semakin lama semakin memburuk. Permanen berarti jika sudah lupa akan orang-orang tertentu maka dia tidak akan bisa tiba-tiba teringat kembali

5. Wulan sesekali mampu mengingat kembali akan Awan, dan kerjaannya kemudian lupa lagi. Dan ketika sedang mampu mengingat, Wulan sadar bahwa dirinya sedang menderita penyakit Alzheimer.

X (tidak sama)

6. Tersesat di daerah sekitar rumahnya sendiri / daerah yang dikenalnya dengan baik.

6. Wulan pernah tersesat di jalanan ketika dia berjalan-jalan tanpa tujuan tapi bukan di daerah yang dikenalinya dengan baik

X (tidak sama)

5. Pada tahap gejala menengah, seseorang sudah kehilangan kemampuan dasar untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti: berbicara, makan, mandi, buang air kecil, buang air besar, berpakaian, dll.

5. Wulan yang sudah mengalami perubahan kepribadian, dan lupa pada keluarga menunjukkan bahwa dirinya sudah memasuki Alzheimer gejala menengah. Namun Wulan tidak menampakkan adanya kehilangan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

X (tidak sama)

Untuk dapat menilai suatu penyakit termasuk kategori penyakit A, maka seluruh gejala penyakit A harus terpenuhi pada penyakit tersebut. Jika hanya sekedar mirip atau ada sedikit kesamaan maka belum dapat dikatakan bahwa penyakit tersebut adalah benar penyakit A. Melainkan harus ditelusuri lebih jauh termasuk dalam kategori penyakit yang manakah penyakit tersebut. Dari paparan bagan di atas, Anda dapat menilai sejauh mana kesamaan gejala penyakit yang Wulan alami dengan gejala-gejala Alzheimer. Apakah dengan gejala-gejala yang dialami oleh Wulan, Wulan sudah dapat dikatakan menderita Alzheimer ataukah tidak?

Baik gejala-gejala Alzheimer maupun gejala-gejala dari penyakit yang dialami Wulan, keduanya sama-sama merupakan penyakit lupa. Namun penyakit lupa pun memiliki berbagai kategori, ada yang bisa dikategorikan sebagai Alzheimer dan ada yang dikategorikan sebagai penyakit lupa lainnya, seperti amnesia dan delirium.

Pada penyakit Alzheimer, lupa yang terjadi benar-benar berhubungan dengan kerusakan pada sistem syaraf otak. Sementara pada amnesia dan delirium, yang terjadi adalah lebih disebabkan karena faktor psikologis, seperti kognitif fisik, ketakutan / kecemasan yang berlebihan. Namun yang perlu digaris bawahi adalah: baik kognitif fisik, ketakutan/kecemasan yang berlebihan tidak selalu menyebabkan amnesia. Sebagai contoh, pada film "meteor garden II, Tao ming se" mengalami amnesia karena kognitif fisik akibat kecelakaan mobil, kognitif fisik adalah merupakan faktor psikologis. Namun secara medis, Tao ming se tidak mengalami kerusakan pada syaraf otak atau fungsi tubuh/fisik lainnya yang dapat menyebabkannya lupa ingatan. Contoh ini menggambarkan bagaimana amnesia disebabkan karena faktor psikologis.

Secara kasat mata, mungkin Alzheimer dan Amnesia nampak sama, namun jika diperhatikan dengan detail maka gejalanya akan nampak berbeda. Yang membedakan secara jelas, adalah: pada Alzheimer, kemunduran fungsi kognitif / ingatan berlangsung perlahan-lahan / secara bertahap namun bersifat progresif / semakin memburuk, dan hingga saat ini belum dapat disembuhkan; sementara pada amnesia, ingatan yang ada dapat hilang dalam waktu singkat dan sangat drastis, melupakan masa lalu / masa sebelum dia mengalami kecelakaan (tidak bertahap), masih dapat disembuhkan. Di samping amnesia, ada juga penyakit lupa yang disebut delirium, pada delirium, gangguan ingatan muncul karena faktor psikologis juga, seperti kecemasan/ketakutan yang berlebihan (biasanya berhubungan dengan pemakaian obat-obatan/zat terlarang), dan dapat juga disebabkan karena kognitif, namun perbedaan yang benar-benar jelas dengan amnesia adalah delirium, pada delirium terjadi gangguan kesadaran dan perubahan kognisi (namun tidak sampai pada gangguan ingatan), terjadi dalam waktu singkat (biasanya dalam hitungan jam hingga hari) dan cenderung berfluktuasi (muncul dan hilang). Delirium dapat disembuhkan ( American Psychiatric Association, 1995).

Alzheimer Demensia

Amnesia

Delirium

Fisiologis (saraf otak)

Psikologis

Psikologis

Gangguan memori / ingatan

Gangguan memori / ingatan

Gangguan kesadaran dan gangguan kognitif

Berlangsung bertahap dan bersifat progresif

Tidak bertahap, berlangsung secara drastis

Berlangsung secara short time

Permanen

Semi permanen

Fluktuatif

Belum dapat disembuhkan

Dapat disembuhkan

Dapat disembuhkan

Namun yang perlu digaris bawahi disini adalah: kognitif, dan kecemasan/ketakutan tidak selalu menyebabkan Amnesia ataupun delirium. Jadi jangan mudah juga men-cap suatu penyakit sebagai penyakit A atau B, tanpa memiliki dasar pemahaman yang kuat mengenai penyakit tersebut.

Penanganan Alzheimer

Penanganan terhadap penderita Alzheimer

Penanganan terhadap penyakit Alzheimer dapat dilakukan melalui 2 pendekatan: pharmacological dan nonpharmacological. Berdasarkan pendekatan pharmacological, penanganan yang dilakukan terhadap Alzheimer dilakukan dengan menggunakan obat-obatan, satu-satunya obat yang dapat digunakan adalah obat-obat yang mengandung acetylcholinestrase (AchE) inhibitor seperti: tacrine, donepezil HCL, rivastigmine, dan galantamine. Pemakaian obat-obatan ini harus merujuk pada anjuran yang dikemukan oleh dokter / psikiater. Karena pemakaian obat-obatan ini ditentukan oleh dosis, dan waktu pemberian, serta memiliki efek samping. Pengobatan lain yang dapat digunakan namun masih dipertanyakan mengenai keefektifannya nya adalah ginkgo biloba, vitamin E, C, dan B.

Pendekatan nonpharmacological melakukan penanganan terhadap penyakit Alzheimer tanpa menggunakan obat-obatan, tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mengatur/me-manage tingkah laku dan gejala kognitif pasien. Tujuan sekunder dari pendekatan ini adalah untuk mengurangi beban caregiver (pengasuh atau perawat, biasanya dari pihak keluarga pasien). Penanganan dengan menggunakan pendekatan nonpharmacological sangat bermanfaat ketika pengobatan tidak dapat dilakukan karena pasien tidak mampu mentoleransi efek samping pengobatan atau tidak menyetujui/mengikuti instruksi pengobatan, atau membantah pengobatan. Pendekatan nonpharmacological dilakukan dengan menggunakan terapi, seperti: terapi behavioral management techniques, the pleasant event schedule (PES), music therapy, strategi/ modifikasi lingkungan, animal assisted therapy, morning bright light therapy, ECT. Melalui pendekatan nonpharmacological ini, penderita Alzheimer menjadi lebih mengenal, dan lebih siap menghadapi penyakitnya, serta lebih dapat me-manage dirinya sendiri (Litchtenberg, dkk., 2003).

Penanganan terhadap caregiver

Dalam melakukan penanganan terhadap penderita Alzheimer, yang paling berperan penting adalah caregiver dan keluarga. Caregiver dan keluarga akan sangat menentukan apakah penyakit penderita Alzheimer tersebut akan semakin memburuk dengan drastis ataukah memburuk namun dengan sangat lambat karena kemunduran akibat penyakit tersebut dapat diperlambat oleh caregiver.

Caregiver berperan dalam memotivasi penderita Alzheimer, pada caregiver yang mengalami stres dalam menangani penderita Alzheimer, maka kondisi penderita Alzheimer yang ditanganinya akan semakin memburuk dalam waktu yang cepat. Disini menunjukkan bahwa caregiver dan penderita Alzheimer dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan tanggung jawab caregiver untuk mengasuh penderita Alzheimer, mulai dari makan, pengobatan, mandi, dsb. setiap hari, maka tidak heran jika caregiver mengalami stres bahkan tidak jarang juga sampai depresi. Oleh karena itu, caregiver sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya, termasuk dari para ahli melalui pendekatan nonpharmacological, sehingga penderita Alzheimer caregiver dapat lebih siap menghadapi penderita Alzheimer, lebih memahami penderita Alzheimer dan siap merawatnya (Litchtenberg, dkk., 2003).

Daftar Pustaka

Alzheimer's Disease and Related Disorders Association. (2001).The Warning Signs of Alzheimer's Disease. Alzheimer's Disease and Related Disorders Association, inc. (reprinted with permission from www.alz.org).

American Psychological Association. (1995). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Washington, DC: American Psychiatric Association.

American Psychological Association. (2005, Januari). Neuropsychological. Washington, DC: Bimonthly. Diambil pada tanggal 18 November 2005 dari World Wide Web: http://www.apa.org/journals/neu/description.html

Litchtenberg, P.A., Murman, D. L., & Mellow, A.M. (2003). Handbook of dementia: Psycological, neurological, and psychiatric perspectives. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

National Alzheimer's Association. (2003). Understanding Alzheimer's disease. Diambil pada tanggal 8 Februari 2006 dari World Wide Web: http://www.alz.org

Whitbourne, S. K. (2003). Adult development & aging: Biopsychosocial perspectives, second edition. University of Massachusetts at Amherst: John Wiley & Sons, Inc.

Artikel Terkait



0 komentar:

geo fles