Pesantren Kesayangan ku

Pesantren Kesayangan ku
PONDOK PESANTREN BAITUL MAGHFIROH

IQRO

Psikologi Klinis Bagaimana Jika Saya Homoseksual?


Seseorang yang merasa dirinya homoseksual, seringkali dihadapkan pada kebingungan: "Apakah saya harus berubah menjadi heteroseksual?"; "Apa yang harus saya lakukan?"; "Bagaimana saya harus menghadapi orientasi yang tidak wajar ini?"; "Apa kata orang kalau mereka tahu saya homoseksual, saya sungguh tidak tahu harus berbuat apa." Ujung-ujungnya pertanyaan ini seringkali mentok pada dua pilihan, yaitu: berusaha menjadi heteroseksual (tidak dengan sepenuh hati atau berpura-pura) atau tetap menjadi homoseksual dengan sembunyi-sembunyi. Mana yang lebih baik? Memilih satu diantara dua ini mungkin seperti memakan buah simalakama.

Tidak ada jawaban pasti apakah seorang homoseksual harus berubah menjadi heteroseksual ataukah tetap menjadi homoseksual. Hal ini kembali pada diri masing-masing. Mungkin Anda akan berkata: "Ya iyalah saya tahu pasti kembali pada diri saya, tapi apa yang harus saya lakukan untuk dapat memutuskan langkah saya kedepan?" Ada beberapa point yang dapat membantu menemukan jawaban dan mempersiapkan Mental Anda dalam menghadapi situasi ini, yaitu:

- Menemukan diri Anda sesungguhnya

Ada sebuah kisah nyata yang kurang lebih intinya adalah demikian (maaf jika tidak sama persis): ada seorang dokter sukses dan terkenal, ia ahli dalam berbagai bidang kedokteran. Suatu ketika ia ditanya oleh anaknya, "Apakah ayah merasa bahagia dengan apa yang sudah ayah peroleh saat ini." Sangat mengejutkan sang ayah mengatakan tidak. Mengapa demikian? Ia mengatakan selama ini ia menjalani kehidupan orang lain, bukan kehidupannya sendiri. Menjadi dokter bukanlah dirinya, dirinya tidak merasa bahagia ketika melakukan pekerjaan dokter. Namun ia merasa sangat bahagia ketika mengerjakan pembukuan di rumah, ia dapat melakukannya selama berjam-jam. Karena itu ia katakan, ia menjalani kehidupan orang lain (menjadi dokter) dan tidak menjalani kehidupannya sendiri (yang mencintai akunting)1.

Seseorang mungkin sekali tanpa disadari menjalani kehidupan orang lain. Melakukan sesuatu hal karena orang lain mengatakan demikian, memilih sesuatu hal karena orang lain menyarankan demikian, mengikuti apa kata banyak orang, atau memutuskan untuk menjalankan sesuatu karena orang lain menyukai anda melakukan hal tersebut.

Begitupun dokter ini, meskipun ia sukses dan terkenal namun karena ia menjalani kehidupan orang lain, ia tidak dapat merasakan kebahagiaan, tidak ada kepuasaan batin dalam dirinya. Ini adalah sebuah pelajaran hidup yang berharga untuk kita petik dan terapkan dalam hidup. Jalanilah hidup dengan menjadi diri sendiri dan anda tidak jauh dari kebahagiaan.

Mungkin muncul pertanyaan dalam benak anda, apakah ini juga berlaku untuk masalah orientasi seksual? Jawabannya adalah pelajaran hidup ini tidak hanya berlaku pada masalah karir atau pekerjaan melainkan berlaku general pada seluruh aspek kehidupan seseorang. Baik itu dalam pekerjaan, keluarga, cinta, hingga juga orientasi seksual.

Pernahkah anda berhenti sejenak dan menanyakan pada diri sendiri (terkait dengan orientasi seksual anda): "Inikah kehidupan yang saya inginkan?"; "Apakah yang sebenarnya saya inginkan dalam hidup ini?"; "Apakah secara tidak sadar saya telah menjalani kehidupan yang orang lain 'rancang-kan' untuk saya?"; "Lalu kehidupan seperti apakah yang saya inginkan?"; dan lebih dalam lagi anda bisa menanyakan dari hati ke hati secara personal kepada Tuhan "Apakah yang diinginkan-Nya dari anda?"; "Apakah saya sudah menjalani kehidupan yang Tuhan rancangkan untuk saya?"

Cobalah berhenti sejenak, renungkanlah pertanyaan ini di dalam hati anda. Jawablah dengan jujur, lepaskan dulu diri anda dari segala macam pemikiran yang membelenggu / memberikan batasan-batasan "tapi ini, tapi itu, tapi menurut ini begini atau begitu". Tanyakan pada hati anda, jawablah dengan jujur pada diri anda sendiri, karena tidak ada gunanya membohongi/menipu diri sendiri.

Mungkin muncul kebingungan dalam diri anda mengenai apakah yang dimaksud dengan anda menjalani hidup yang di-rancang oleh orang lain? Tidak jarang seorang yang memiliki orientasi homoseksual pernah mengalami penderaan / kekerasan seksual yang dilakukan oleh sesama jenisnya di masa lalu, baik itu di masa kecil, masa sekolah, atau dalam perjalanan hidupnya. Tidak jarang juga seorang yang memiliki orientasi homoseksual pernah mengalami pengalaman yang tidak appropriate mengenai figur orang tuanya. Pengalaman demikian adalah sebagian contoh dari faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terbentuknya seorang homoksesual (Untuk informasi lebih lengkap mengenai faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terbentuknya homoseksual, silahkan baca artikel berjudul: "Definisi dan Proses Homoseksual"). Pengalaman-pengalaman demikianlah yang perlu dicermati lebih dalam dan lebih jujur, apakah secara sadar maupun tidak sadar anda menjadikan pengalaman ini sebagai rancangan orang lain atas hidup dan masa depan anda? Bahwa sesungguhnya anda bukanlah seorang homoseksual namun karena adanya pengalaman tersebut - mempengaruhi anda menjadi homoseksual. Ataukah anda menjadikan pengalaman tersebut sebagai pelajaran hidup untuk mengenal dan mengelola pribadi anda menjadi semakin lebih baik?

- Menerima diri Anda

Setelah menemukan diri anda yang sesungguhnya. Jangan lupa bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian juga diri anda. Namun jangan jadikan hal ini untuk menilai apakah anda berharga atau tidak berharga. Anda tidak perlu menilai diri sendiri berharga atau tidak berharga. Seperti apapun diri anda sesungguhnya, demikianlah anda adanya. Anda diciptakan dengan tujuan khusus yang telah dirancang oleh Sang Pencipta untuk anda. Terimalah diri anda sendiri. Hiduplah dengan penuh kesadaran bahwa anda (apa adanya) memang nyata benar-benar ada di dalam hidup ini. Mungkin anda pernah memiliki pengalaman yang menyakitkan yang membuat anda memandang rendah diri sendiri, yang membuat anda berpikir untuk menjadi orang yang berbeda, kalau bisa anda ingin menjadi orang lain saja bukan diri anda seperti sekarang ini, yang membuat anda melakukan apa yang bukan diri anda, atau mungkin membuat anda merasa iri terhadap orang lain. Mungkin anda juga dihadapkan pada tuntutan atau keinginan dari lingkungan / orang lain yang menginginkan anda menjadi orang yang berbeda, yang menginginkan anda untuk berubah menjadi seperti apa yang mereka inginkan. Ingatlah bahwa anda tidak harus menjadi orang yang berbeda, ingatlah dan pandanglah bahwa perubahan itu adalah sebuah pilihan untuk anda dan bukannya sebuah keharusan. Jika anda hendak mengubah sesuatu hal dari diri anda pastikanlah bahwa perubahan tersebut atas pilihan sendiri dan bukan atas sebuah keharusan. Jika anda menjadikan perubahan sebagai sebuah keharusan ini sama saja dengan anda memandang buruk dan menolak diri anda sendiri sehingga anda merasa dan berpiikir harus berubah menjadi orang yang berbeda. Penolakan terhadap diri sendiri akan menimbulkan luka batin yang bukannya membuat anda merasakan kedamaian, ketenangan, dan secara tulus menjalani hidup malah sebaliknya membuat anda menjalani hidup dengan penuh beban dan tekanan. Ingatlah segala sesuatu pada diri anda diciptakan dengan tujuan yang telah dirancangkan-Nya untuk anda dan seturut kehendak-Nya.

- Menerima realitas

Menerima diri sendiri tidak dapat dipisahkan dari menerima realitas. Sudah menjadi hukum di dunia ini bahwa ada hal yang dapat kita ubah dalam hidup ini, dan ada yang tidak dapat kita ubah. Mengubah masa lalu dan mengubah orang lain (seberapapun menyakitkannya kedua hal tersebut bagi anda) adalah dua hal yang tidak dapat diubah dalam hidup ini. Masa lalu yang pahit dan menyakitkan mungkin meninggalkan luka di hati, membuat anda memandang rendah diri sendiri, membuat anda merasa tidak pantas untuk dicintai, ataupun mencintai. Perlakuan orang lain yang merendahkan diri anda, menyakiti hati anda, melukai harga diri anda, menyakiti/merusak fisik anda, tidak sepikiran dengan anda, tidak sesuai dengan apa yang anda harapkan mungkin membuat anda semakin tidak menyukai dan membenci diri anda sendiri. Namun tidak ada satupun hukum di dunia ini yang mengatakan bahwa masa lalu yang menyakitkan dan perlakukan orang lain yang tidak menyenangkan tersebut tidak seharusnya terjadi pada diri anda. Pandanglah segala sesuatu yang terjadi sebagai alat / sarana untuk membentuk pribadi anda menjadi lebih tekun, tegar, dan bijaksana. Tidak ada gunanya menyalahkan masa lalu atau orang lain sebagai penyebab atas apa yang terjadi pada diri anda saat ini. Sikap seperti ini hanya akan mengundang emosi-emosi dan pikiran negatif yang bukannya menyelesaikan permasalahan malahan berujung pada dendam, upaya untuk menghakimi orang lain, dan membuat masalah semakin rumit.

Menerima masa lalu dan perlakuan orang lain yang tidak menyenangkan dengan lapang dada, sebagai hal yang memang telah terjadi dalam hidup anda. Dan merelakan hal tersebut pernah terjadi dalam hidup anda serta menyadari bahwa tak ada yang dapat anda lakukan untuk mengubah masa lalu dapat membuat hidup anda terasa jauh lebih ringan. Namun tidak cukup hanya dengan menerima, realitas masa lalu juga harus dihadapi dengan berpikiran terbuka, dipelajari, dan diambil hikmahnya. Kesulitan dalam hidup jika dihadapi dan dijalani dengan ketekunan akan dapat membuahkan kesuksesan psikis / spiritual yang tak ternilai, yang tak kasat mata dan tak dapat dinilai dengan ukuran kesuksesan dunia, seperti: materi / harta, tahta, kekuasaan, maupun kepuasaan biologis.

Misalnya saja: mungkin anda pernah mengalami penderaan atau kekerasan fisik maupun emosional dari orang lain. Menyangkal bahwa anda pernah mengalami hal ini hanya akan menghambat kemajuan diri anda, dan hanya akan membuat anda menyimpan luka ini terus menerus. Namun dengan menerima kenyataan dengan tulus / rela bahwa anda memang pernah mengalami kekerasan / orang lain memang pernah melakukan kekerasan terhadap anda, dan tak ada satupun yang dapat anda lakukan untuk mengubah masa lalu ini, Anda dapat terus menjalani hidup, bersemangat, dan hidup terasa lebih ringan. Ditambah lagi dengan merenungkan pengalaman tersebut, apa yang dapat anda pelajari darinya: apakah yang anda pikirkan jika mengingat kejadian tersebut; menurut anda apakah kekerasan yang dilakukan oleh orang lain terhadap anda itu adalah benar, wajar, ataukah tidak benar?; apakah pemikiran atau keyakinan anda terkait kejadian tersebut adalah rasional ataukah irrasional; apakah dampak yang ditimbulkan dari kekerasan tersebut pada diri anda hingga saat ini; apakah dampak tersebut sehat ataukah tidak sehat; jika dampak tersebut tidak sehat maka adakah sikap, tindakan maupun pemikiran anda yang harus dibenahi?; jika saat ini anda dihadapkan pada situasi seperti dahulu (setelah belajar dari pengalaman masa lalu) maka apakah yang dapat & sebaiknya anda lakukan?

Dalam dunia ini ada yang dapat kita kendalikan dan tidak dapat kita kendalikan, terimalah hal ini. Perbedaan latar belakang, kepentingan, kebutuhan, pemikiran, sudut pandang, dan perasaan antara satu sama lain adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan munculnya perlakuan orang lain yang tidak menyenangkan dan tidak sesuai dengan harapan kita. Namun perbedaan adalah sebuah kenyataan yang harus diterima dan dihadapi dalam hidup. Jika kita melihat perbedaan dari sudut pandang yang berbeda, perbedaan dapat dijadikan sebagai ajang untuk menambah/memperkaya wawasan (oh ternyata ada pemikiran yang berbeda, ada sudut pandang yang lain dalam melihat satu masalah) dan juga sebagai ajang untuk mengevaluasi tindakan dan kualitas hidup yang kita jalani, serta membuat diri tidak berpikiran sempit & merasa diri sendiri paling benar.

- Cinta dan respek terhadap diri Anda sendiri

Setelah menerima selanjutnya adalah mencintai dan respek terhadap diri sendiri. Yang dimaksud dengan mencintai dan respek terhadap diri sendiri adalah melakukan segala sesuatu demi membangun/memajukan pribadi & kualitas hidup, dan menolak/menjauhkan diri dari tindakan-tindakan yang dapat merusak/merugikan/membahayakan dan mempermalukan diri sendiri - dengan kata lain adalah bertanggung jawab atas diri sendiri.

Memajukan diri dan kualitas hidup dapat dilakukan dengan meningkatkan skill/kemampuan, memperluas knowledge/ wawasan pengetahuan, meningkatkan pola hidup sehat, menjaga kesehatan, membangun relasi yang baik dengan sekitar, dan hal-hal positif lainnya.

Dengan mencintai dan respek terhadap diri sendiri, apapun yang menjadi orientasi seksual anda (homo atau hetero) - anda tetap akan menjaga dan meningkatkan kualitas hidup dan pribadi anda. Orientasi seksual tidak memberikan batasan pada seorang individu untuk tetap dapat berfungsi secara optimal di dalam kehidupan, berkarya dan berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang sehat (secara mental) dan bermoral. Ingatlah bahwa setiap orang turut mengambil peranan dalam membentuk masyarakatnya sendiri. Dan oleh karena itu setiap orang turut bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya (masyarakatnya).

Misalnya:

Meski saya homoseksual tapi saya tidak melakukan hubungan seks bebas karena saya peduli terhadap kesehatan saya.

Meski saya homoseksual tapi saya menyukai gaya & pola hidup sehat.

Meski saya homoseksual tapi saya dapat berkarir dan berkarya dengan optimal sebaik yang lain.

- Respek terhadap orang lain

Respek terhadap orang lain adalah salah satu bentuk tindakan nyata dari respek terhadap diri sendiri. Manusia adalah mahluk sosial, hidup berdampingan dengan orang lain, dan berinteraksi dengan orang lain. Kualitas seorang manusia dapat dilihat dari sikap dan tingkah lakunya baik terhadap diri sendiri, maupun terhadap orang lain. Seorang yang dalam berinteraksi / bersosialisasi mampu menunjukkan rasa penghargaan dan penghormatan yang tinggi terhadap orang lain, mampu menghargai dan menghormati perbedaan, baik itu perbedaan pilihan, keputusan, pikiran, pendapat, maupun perasaan orang lain; dan tidak memaksakan kehendak pribadi - adalah salah satu contoh pribadi yang berkualitas. Jangan lupa bahwa perbedaan antara seorang dengan yang lain itu adalah sebuah kenyataan. Dengan menghargai dan menghormati perbedaan, seseorang dapat melihat betapa Hebat, Agung, dan Mulia sang pencipta-Nya yang mampu menciptakan sedemikian banyak manusia yang bervariasi, tanpa ada satu pun yang sama persis; mengingatkan akan keterbatasan kita sebagai manusia, menjaga manusia dari sikap menuhankan dirinya sendiri, memaksakan kehendak, merasa diri paling benar dan paling tahu; namun juga perbedaan dapat memperkaya diri, menambah wawasan dan pengetahuan membuat manusia berpikiran terbuka.

Contoh respek terhadap orang lain adalah:

Meski saya homoseksual tapi saya tidak suka dan tidak setuju pada tindakan pelecehan seksual terhadap orang lain.

Meski saya homoseksual tapi saya peduli terhadap orang lain yang memiliki orientasi heteroseksual, saya menghargai dan menghormati perbedaan diantara kami.

Meski saya homoseksual tapi saya tidak memaksakan orang lain untuk menjadi seperti saya, saya juga tidak melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi orang lain menjadi seperti saya, selayaknya saya pun tidak ingin diperlakukan demikian.

- Makna hidup

Mungkin muncul pertanyaan "Untuk apa sih mengejar atau membentuk diri menjadi pribadi yang berkualitas? Apa yang didapatkan dengan menjadi pribadi yang berkualitas?" Jawabannya adalah dengan merenungkan dan menjawab pertanyaan berikut: "Seperti apakah anda ingin menghabiskan sisa hidup anda? Seperti apakah anda ingin dikenal dan dikenang oleh orang lain ketika anda meninggal?" Tubuh bisa hancur dan rusak karena tubuh sifatnya adalah sementara, tubuh menampung jiwa manusia di dalamnya. Ada kelahiran maka pasti ada kematian. Kematian adalah satu hal yang pasti dialami manusia. Namun, jiwa sifatnya adalah abadi, dan kemanakah jiwa seorang manusia akan pergi setelah ia meninggal, ini ditentukan oleh apa yang diperbuatnya selama hidup.

Coba lakukan atau ingat-ingat ketika anda melakukan hal berikut: menolong orang yang kesulitan menyebrang di jalan (tak peduli dari mana ia berasal, orang mana dia, kulit apapun dia), perasaan apakah yang muncul di hati anda, apa yang muncul di pikiran anda, dan apa yang dirasakan oleh jiwa anda; demikian juga ketika anda membentak atau memaki atau mempertahankan pendapat anda agar diterima oleh orang lain, ataupun melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain (mungkin ia adalah teman anda atau seorang pengendara yang menyelip kendaraan anda) - rasakanlah perasaan yang muncul di hati anda, perhatikanlah detak jantung anda, perhatikanlah pikiran-pikiran yang muncul dalam diri anda, apa yang dirasakan oleh jiwa anda. Manakah yang memberikan kedamaian dan ketenangan jiwa bagi anda?

Seorang yang tidak memiliki makna hidup, tidak tahu untuk apa hidup, tidak memiliki tujuan hidup, dan tidak merasa hidup itu sebagai hal yang berarti untuk dijalani - tidak akan dapat menghargai setiap detik kehidupan yang dimilikinya. Padahal hidup manusia itu sangatlah singkat, namun kita seringkali menjalani hari-hari tanpa sadar bahwa hidup itu singkat. Seringkali manusia tidak mensyukuri setiap detik hidup yang diberikan padanya, take it for granted, dan bertindak sesuka hati. Padahal detik ini mungkin anda dan saya sedang membaca artikel ini, namun beberapa detik kemudian kita dipanggil oleh untuk menghadap Sang Pencipta. Kita tak pernah tahu kapan waktunya kita berakhir di dunia ini. Karena itulah pasti anda pernah mendengar sebuah kata-kata bijak "Hiduplah seakan besok adalah hari terakhir anda di dunia". Hidup dengan penuh kesadaran bahwa anda pasti akan meninggal suatu saat, akan membuat anda benar-benar hidup, menjalani hidup sepenuhnya, melakukan apa yang penting dalam hidup, dan tidak menyia-nyiakan kehidupan anda.

- Self determination & Self Responsibility

Tearkhir adalah kebebasan untuk memilih dan bertanggung jawab. Setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan aksi / tindakan yang akan dilakukannya tanpa paksaan dari pihak luar demikianpun diri anda, ini dinamakan self determination. Dan setiap orang bertanggung jawab atas setiap pikiran, perasan, sikap, tindakan, pilihan, dan keputusan yang telah dibuatnya, ini dinamakan self responsibility. Bukan seperti "pencuri sembunyi tangan" yang berani melakukan tapi tak berani bertanggung jawab.

Oleh karena itu setiap pilihan dan keputusan sebaiknya dipertimbangkan dengan matang action dan consequences-nya. Ingat jangan menyia-nyiakan hidup anda. Sebagai bahan pertimbangan, seseorang perlu diperlengkapi dengan pengetahuan dan wawasan yang luas. Galilah informasi seluas-luasnya mengenai homoseksual maupun heteroseksual meliputi: kisah-kisah inspirational & membangun, problematik sebagai homoseksual ataupun heteroseksual, resiko-resiko yang rentan dihadapi (anda dapat membaca artikel "Resiko Yang Rentan Dihadapi Oleh Homoseksual"), kiat-kiat kesehatan fisik dan mental, dsbnya. Carilah sumber-sumber informasi yang memang terpercaya dan tidak menjerumuskan Anda.

Berinteraksi dan bersosialisasi

Kejujuran pada diri sendiri, sudah sangat jelas pentingnya dan apa dampaknya jika tidak dilakukan. Namun bagaimana dengan kejujuran terhadap orang lain. Bagaimana jika anda adalah seorang homoseksual, apakah harus jujur mengungkapkan kepada orang disekitar anda bahwa anda adalah homoseksual. Keputusan untuk menceritakan/memberitahu atau tidak; dan dengan siapa anda menceritakan/memberitahu dan tidak - ini sifatnya sangat personal dan situasional bagi masing-masing orang. Tidak dapat dipukul rata satu orang dengan yang lain. Masing-masing memiliki pertimbangan sendiri dan dihadapkan pada situasi yang pada umumnya tidaklah sama. Oleh karena itu, anda sendirilah yang sebenarnya paling tahu siapa yang perlu dan penting untuk anda ceritakan/beritahu dan siapa yang tidak; siapa yang dapat dipercaya dan tidak; mana yang penting untuk diceritakan/diberitahu dan tidak.

Dalam kasus ini, tidak mengungkapkan orientasi seksual anda bukanlah berarti anda tidak jujur. Orientasi seksual sifatnya sangat subyektif dan personal. Adalah hak setiap orang untuk menentukan dan memilih apakah ia akan memberitahukan pada orang lain atau tidak. Berbeda jika dalam bertingkah laku anda berpura-pura, berbohong, atau menutup-nutupi - ini dinamakan anda tidak jujur.

Dalam berinteraksi dan bersosialisasi, juga penting untuk memperhatikan manner / sopan santun, dan budaya yang berlaku di masyarakat. Istilah gaulnya kalau orang bilang adalah: tahu waktu, tahu tempat, tahu sikon (situasi kondisi), tahu diri. Dan satu hal yang juga penting adalah menentukan dan fokus pada prioritas. Ketika sedang bekerja maka fokuskan diri sepenuhnya, dan curahkan waktu, tenaga, pikiran, kemampuan, dan perasaan secara optimal untuk bekerja. Ketika sedang hang out bersama teman-teman maka fokus dan curahkanlah waktu, tenaga, pikiran, kemampuan, dan perasaan untuk mereka: untuk mendengarkan cerita mereka, memberikan perhatian pada topik yang mereka bicarakan, memberikan bantuan ketika mereka membutuhkan bantuan, dsbnya. Ini dinamakan anda hidup sepenuhnya, tidak setengah-setengah seperti misalnya: badan di kantor atau kampus tapi pikiran di rumah atau sebaliknya.

Masalah kesehatan / Health Issue

Untuk menanggapi rentannya homoseksual terinfeksi penyakit-penyakit seperti: HIV/AIDS, penyakit menular seksual (STI's -Sexual Transmitted Infections / STD's -Sexual Transmitted Diseases) lainnya, maupun kanker anal - seperti yang telah dibahas pada artikel "Resiko yang Rentan Dihadapi Oleh Homoseksual", para praktisi kesehatan telah mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan. Bahasan ini dapat dilihat pada referensi bacaan yang terlampir dibagian akhir artikel ini.

Demikianlah ketika seseorang dihadapkan pada orientasi homoseksual dalam dirinya, yang paling utama harus dilihat dan dipersiapkan adalah kondisi mentalnya sendiri. Mental yang sehat akan melahirkan tindakan yang positif, sehat, bermoral, dan bertanggung jawab. Mental yang sehat akan membuat seseorang mampu berfungsi secara optimal dalam kehidupannya. Tidak hanya kedalam (untuk diri sendiri) melainkan juga keluar, yaitu berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain / masyarakat. Kehidupan terasa utuh ketika manusia mencapai keseimbangan antara inner (dalam diri) dan outer (luar diri)nya. Semoga informasi ini dapat memberikan manfaat dan menjadi insipirasi bagi para pembacanya untuk selalu menjaga dan meningkatkan kualitas dalam diri. Pribadi-pribadi yang memiliki mental sehat dan berkualitas akan melahirkan masyarakat yang juga memiliki mental sehat dan berkualitas. Maka marilah kita bersama membangun masyarakat yang bermental sehat dimulai dengan membangun diri sendiri.

Daftar Pustaka & Referensi Bacaan

1Izzo, John. (2008). "Temukan Lima Rahasia Sebelum Mati". Jakarta: Ufuk Press.

Center for Disease Control and Prevention. (October 20, 2006). "Can I Get HIV From Anal Sex?" This data retrieved from http://www.cdc.gov/hiv/resources/qa/qa22.htm



John Shea, M.D., John Wilson, M.D. et.al. (February, 2005) "Gay marriage' and homosexuality: some medical comments." Lifesite. This data retrieved from http://www.catholiceducation.org/articles/homosexuality/ho0095.html


Keogh, Peter. (2001). "How to be a Healthy Homosexual: A Study of CHAPS HIV Health Promotion With Gay Men." This data retrieved from http://www.sigmaresearch.org.uk/files/report2001b.pdf

Artikel Terkait



0 komentar:

geo fles