Pesantren Kesayangan ku

Pesantren Kesayangan ku
PONDOK PESANTREN BAITUL MAGHFIROH

IQRO

Psikologi Klinis Anorexia Nervosa


Apakah kalian suka diet supaya tubuh tetap langsing ? Tiba-tiba jadi alergi sama yang namanya coklat, es krim dan makanan-makanan kalori tinggi. Kemudian jadi takut untuk makan karena khawatir berat badan bakalan naik sehingga seharian penuh cukup hanya dengan beberapa sendok nasi. Hati-hati lho, karena kalau diet yang dilakukan tidak wajar lagi malahan akan jadi berbahaya. Tahu film Ally Mc Beal, khan? Konon katanya si pemeran utama film ini alias Callista Flockshart melakukan diet keras sampai akhirnya menderita penyakit anoreksia. Lady Di yang cantik dan langsing itu pun ternyata mengalami masalah makan. Ia sering sekali memuntahkan makanannya sehabis menyantap berbagai macam hidangan. Masalah makan yang dialami oleh Lady Di tersebut disebut dengan bulimia.

Itu hanya sekedar contoh dari ratusan (atau mungkin ribuan) kasus tentang masalah makan yang dialami oleh beberapa orang. Sebenarnya, tanpa kita sadari ternyata teman, sehabat atau jangan-jangan kita sendiri ternyata mengalami kasus serupa. Apa sih anoreksia atau bulimia itu dan kenapa seseorang bisa mengalami hal-hal tersebut.



Anorexia Nervosa

Gangguan makan yang umumnya ditemui pada remaja putri adalah anoreksia atau istilah kerennya dikenal dengan anorexia nervosa. Anoreksia adalah aktivitas untuk menguruskan badan dengan melakukan pembatasan makan secara sengaja dan melalui kontrol yang ketat. Penderita anoreksia sadar bahwa mereka merasa lapar namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka karena bisa berakibat naiknya berat badan. Persepsi mereka terhadap rasa kenyang terganggu sehingga pada saat mereka mengkonsumsi sejumlah makanan dalam porsi kecil sekalipun, mereka akan segera merasa 'penuh' atau bahkan mual. Mereka terus menerus melakukan diet mati-matian untuk mencapai tubuh yang kurus. Pada akhirnya kondisi ini bisa menimbulkan efek yang berbahaya yaitu kematian si penderita. Bayangkan saja, kalau mereka terus menerus menahan diri untuk tidak makan, darimana mereka memperoleh energi untuk hidup.


Bulimia
Jika penderita anoreksia mati-matian untuk menahan rasa lapar dan berupaya sekeras mungkin untuk tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang besar sehingga bisa tahan 'hidup' hanya dengan makan 2-3 sendok nasi per-hari, maka tidak demikian halnya dengan bulimia. Pada dasarnya, tujuan akhir dari penderita bulimia dan anoreksia adalah sama, yaitu ingin mempertahankan bentuk tubuhnya selangsing (sekurus) mungkin namun cara mereka yang berbeda. Penderita bulimia cenderung senang mengkonsumsi makanan yang mereka sukai. Mereka makan berlebihan untuk memuasakan keinginan mereka namun selanjutnya mereka memuntahkannya kembali hingga tidak ada makanan yang tersisa. Dengan demikian mereka terhindar jadi gemuk melainkan tetap menjadi kurus tanpa perlu menahan keinginan mereka untuk makan. Dapat dibayangkan jika seseorang terus menerus memuntahkan makanan yang mereka konsumsi, darimana mereka mendapatkan kalori untuk beraktivitas. Tubuhpun menjadi lemas, sulit untuk berpikir dan akhirnya tidak ada lagi energi yang dapat digunakan untuk mempertahankan dirinya.


Mengapa Bisa Terjadi?
Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi sangat concern atas pertambahan berat badan mereka. Terjadi perubahan fisiologis tubuh yang kadangkala mengganggu. Biasanya, hal ini lebih sering dialami oleh remaja putri daripada remaja pria. Bagi remaja putri, mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak sehingga mereka akan mudah untuk gemuk apabila mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi. Kalau dulu makan apapun tidak berefek bagi berat badan, tapi setelah masa pubertas (biasanya ditandai dengan menstruasi), baru makan coklat dua potong, kok beratnya sudah tambah 1 kg. Pada kenyataannya kebanyakan wanita ingin terlihat langsing dan kurus karena mereka beranggapan bahwa menjadi kurus akan membuat mereka bahagia, sukses dan populer. Apalagi kalau melihat 'body' para selebritis yang langsing (sebenarnya lebih tepat dikatakan kurus-ceking-tiada berisi) sehingga kalau pakai baju model apapun terlihat pas dan pantas dipakai. Sementara kalau tubuh kita gendut, pakai baju apapun rasanya seperti sedang memakai karung terigu. Akhirnya, lingkungan sekitar juga ikut mempengaruhi. Semakin sering diledek 'gendut' maka dietnya semakin gencar. Maka tidak mengherankan bila ketidakpuasan seseorang dengan tubuhnya akan mengembangkan masalah pada gangguan makan.

Remaja dengan gangguan makan seperti di atas memiliki masalah dengan body imagenya. Artinya, mereka sudah memiliki suatu mind set (pemikiran yang sudah ter'patri' di otak) bahwa tubuh mereka tidak ideal. Mereka mempersepsikan tubuhnya gemuk, banyak lemak di sana sini, tidak seksi dan lain-lain yang intinya tidak sedap untuk dipandang dan tidak semenarik tubuh orang lain. Akibat pemikiran yang sudah terpatri ini, seorang remaja akan selalu melihat tubuh mereka terkesan gemuk padahal kenyataannya justru berat badan mereka semakin turun hingga akhirnya mereka menjadi sangat kurus. Mereka akan dihantui perasaan bersalah manakala mereka makan banyak karena hal itu akan menyebabkan berat badannya naik.

Masalah "body" ini akhirnya menyebabkan remaja menjadi tidak percaya diri dan sulit untuk menerima kondisi dirinya. Mereka beranggapan bahwa kepercayaan diri akan tumbuh kalau mereka juga memiliki tubuh yang sempurna (sempurna disini adalah kurus).


Apakah Dampak yang Ditimbulkannya?
Beberapa penderita anoreksia dan bulimia dapat menurunkan berat badannya antara 25-50% dari berat badan mereka. Jika gangguan ini, baik anoreksia maupun bulimia tidak segera tertangani, maka dapat membawa dampak masalah baik secara fisik maupun psikis yang serius, bahkan kasus yang terparah bisa sampai menyebabkan kematian.


Dampak fisik yang umumnya terjadi pada mereka:

  • Kehilangan selera makan, hingga tidak mau mengkonsumsi makanan apapun
  • Luka pada tenggorokan dan infeksi saluran pencernaan akibat terlalu sering memuntahkan makanan
  • Lemah, tidak bertenaga
  • Sulit berkonsentrasi
  • Gangguan menstruasi
  • Kematian

Dampak fisik secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kondisi psikis seseorang, sehingga masalah psikologis yang muncul pada mereka adalah:

  • Perasaan tidak berharga
  • Sensitif, mudah tersinggung, mudah marah
  • Mudah merasa bersalah
  • Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain
  • Tidak percaya diri, canggung berhadapan dengan orang banyak
  • Cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya
  • Minta perhatian orang lain
  • Depresi (sedih terus menerus)

Dampak fisik maupun psikis yang dialami oleh penderita gangguan makan tersebut tentu saja tidak dapat diabaikan begitu saja. Mereka memerlukan pertolongan segera dari psikolog, dokter, ahli gizi, dan tentu saja orangtua untuk memulihkan masalahnya agar tidak membawa dampak yang lebih serius lagi, yaitu kematian.


Bagaimana Mendapatkan Tubuh yang Ideal?

Kita perlu mengkaji kembali apa artinya tubuh ideal. Apakah memiliki tubuh yang kurus, langsing atau seksi menurut gambaran masyarakat ? Rasanya tidak ada yang lebih ideal dibandingkan dengan memiliki tubuh yang SEHAT. Buat apa kurus, langsing dan seksi kalau pada kenyataannya kita menyiksa diri dan akhirnya malah sakit. Namun, menjadi tidak baik pula kalau akhirnya kita memanjakan diri kita dengan aneka makanan hingga akhirnya berat badan kita berlebih dan malah beresiko tinggi untuk terkena penyakit. Oleh sebab itu, lebih baik mengatur pola makan yang seimbang agar dapat mencapai tubuh yang ideal (yaitu : sehat).

Jika remaja ingin mendapatkan tubuh yang sehat (kurus tapi tetap fit atau gemuk tapi tetap lincah dan segar), maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

  • Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan pola makanan yang seimbang
  • Olah raga yang teratur
  • Tidur secukupnya
  • Tidak mengkonsumsi obat-obatan yang tidak perlu (seperti: obat/ jamu pelangsing, obat tidur, narkoba, dll)
  • Kurangi waktu senggang (nganggur) dan tingkatkan aktivitas yang membutuhkan kerja keras otak maupun fisik (misal : latihan martial art, menari, photography, drama, dsb)

Artikel Terkait



0 komentar:

geo fles